Guru di Subulussalam Aceh Diduga Cabuli 13 Siswi SD

Guru di Subulussalam Aceh Diduga Cabuli 13 Siswi SD

Banda Aceh, CNN Indonesia

Polisi berhasil mengamankan seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) berinisial TB (39), yang berprofesi sebagai guru di sebuah sekolah dasar di Kota Subulussalam, Aceh. Ia ditangkap terkait dugaan tindak pencabulan terhadap 13 siswi.

Iptu Abdul Mufakhir, Kasat Reskrim Polres Subulussalam, mengonfirmasi penangkapan tersebut. TB ditangkap setelah empat orang tua dari siswi yang menjadi korban melaporkan tindakan tak senonoh tersebut kepada pihak kepolisian.


Iklan


Gulir untuk melanjutkan konten

“Benar, terduga pelaku berinisial TB (39) adalah seorang ASN yang bertugas sebagai guru di sekolah dasar tersebut,” kata Iptu Abdul Mufakhir saat dihubungi pada Selasa malam (10/12).

Kasus ini terungkap ketika salah satu korban pulang dari sekolah dan menceritakan kepada orangtuanya tentang perlakuan tidak senonoh yang dilakukan oleh TB. Menyadari tindakan tersebut tidak dapat diterima, orangtua korban segera melapor ke polisi.

Polisi kemudian melakukan penangkapan terhadap TB di sekolah tempatnya mengajar tanpa adanya perlawanan. Setelah dilakukan interogasi, pihak kepolisian menemukan bahwa terdapat sekitar 13 siswi yang menjadi korban, meskipun hanya 4 yang telah resmi melapor.

“Menurut catatan dari unit perlindungan perempuan dan anak (PPA), ada sembilan korban tambahan yang belum terdaftar dalam laporan, sehingga total korban mencapai 13 orang,” tambah Mufakhir.

Pihak kepolisian kini tengah melakukan penyelidikan lebih mendalam dan mencurigai bahwa mungkin ada korban lainnya yang enggan untuk melapor.

Ia juga mengimbau kepada orangtua yang merasa anaknya menjadi korban TB untuk segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib.

“Kami mengajak masyarakat, terutama orang tua dan pihak sekolah, untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak,” tutupnya.

(dra/fra)

[Gambas:Video CNN]

Sumber: anomsuryaputra.id

Legislator PKB Ajak Perempuan Terjun Dunia Politik: Sesuai Ajaran Agama

Legislator PKB Ajak Perempuan Terjun Dunia Politik: Sesuai Ajaran Agama

Jakarta –

Wakil Ketua Komisi IX DPR dari Fraksi PKB, Nihayatul Wafiroh, menyerukan kepada perempuan untuk tidak merasa ragu dalam berpartisipasi di dunia politik. Dia menegaskan bahwa kehadiran perempuan sangat krusial dalam memperjuangkan hak-hak mereka sendiri.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Ninik saat ia menghadiri sebuah Talk Show bertajuk “Perempuan Berdaya, Bangsa Berjaya Menuju Indonesia Emas 2045”, yang diadakan oleh DPP Perempuan Bangsa dalam rangka Musyawarah Nasional (Munas) ke-V.

“Banyak orang sering kali berpikir bahwa politik adalah dunia yang kotor dan tidak layak bagi perempuan. Namun, saya yakin pandangan itu keliru,” ujar Ninik di Hotel Sultan Jakarta pada Sabtu (30/11/2024).


IKLAN


GULIR UNTUK MELANJUTKAN DENGAN KONTEN

“Jika kita melihat politik dari perspektif agama, setiap tindakan positif yang kita lakukan di bidang ini akan memberikan dampak jangka panjang. Politik sebenarnya adalah sesuatu yang konstruktif dan sejalan dengan nilai-nilai keagamaan,” tambah Ninik.

Dia juga mengingatkan bahwa budaya patriarki yang masih kuat dapat memperburuk posisi perempuan di berbagai aspek kehidupan, sehingga kesetaraan sulit untuk dicapai.

“Pandangan kita terhadap agama yang berkaitan dengan posisi perempuan sangat penting. Budaya yang selalu menempatkan laki-laki di atas perempuan perlu diubah. Kita harus menyeimbangkan posisi antara laki-laki dan perempuan, karena keduanya memiliki hak yang setara,” jelas Ninik.

“Di pedesaan, suara camat atau kepala desa sering kali tidak didengar, namun suara pemuka agama lebih diperhatikan. Oleh karena itu, kita perlu menjalin kerjasama dengan pemuka agama untuk memperjuangkan kesetaraan hak secara lebih efektif,” tambahnya.

Sejalan dengan pernyataan Ninik, Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Gerindra, Rahayu Saraswati, juga menekankan pentingnya pendidikan untuk perempuan.

“Jangan pernah berpikir, ‘Apa manfaatnya kuliah S2 atau S3?’ Kita perlu memberdayakan anak-anak perempuan kita agar mereka bisa saling mendukung satu sama lain,” kata Saras.

Namun, ia juga menekankan pentingnya sikap saling peduli di antara perempuan. Dengan cara ini, akan terbentuk kekuatan kolektif untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.

“Kata kuncinya adalah kolaborasi. Tidak ada satu pun di antara kita yang bisa melakukan semuanya sendiri. Kita perlu bersatu dan menciptakan rasa persatuan serta kolaborasi yang kuat untuk mencapai tujuan bersama. Mari kita semua bekerja sama,” tutupnya.

(ond/azh)