Tuding Partai Cokelat jadi Alat Politik Jokowi, PDIP Puji Jenderal Hoegeng: Polisi Merah-Putih, Bukan Parcok!

Tuding Partai Cokelat jadi Alat Politik Jokowi, PDIP Puji Jenderal Hoegeng: Polisi Merah-Putih, Bukan Parcok!

Suara.com – Hasto Kristiyanto Menyoroti Fenomena Partai Cokelat dalam Pilkada Serentak 2024

Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto, mengungkapkan keprihatinannya atas kemunculan Partai Cokelat, atau yang dikenal sebagai Parcok, di tengah gelaran Pilkada Serentak 2024. Hasto berpendapat bahwa Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memperkuat sistem demokrasinya, terutama jika struktur bernegara terus terganggu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dia menekankan bahwa ada banyak hal yang perlu diperjuangkan untuk mengembalikan stabilitas demokrasi seperti yang pernah ada. Hasto mengaitkan fenomena ini dengan praktik-praktik buruk yang terjadi selama Pilkada Serentak 2024, yang dipicu oleh pengaruh Partai Cokelat.

“Dalam konteks Pilkada Serentak ini, kami di PDI Perjuangan merasa penting untuk mengangkat isu tentang Partai Cokelat. Ini berkaitan dengan bagaimana ambisi kekuasaan dapat mempengaruhi tindakan Presiden Jokowi demi kepentingan pribadi dan keluarganya, serta menciptakan norma-norma baru yang merugikan. Hal ini berpotensi mengubah peran Kepolisian Republik Indonesia, yang sejatinya harus loyal kepada Merah Putih dan Presiden Prabowo Subianto, menjadi alat untuk kepentingan politik tertentu,” jelas Hasto di kantor DPP PDIP, Jakarta, pada Minggu (1/12/2025).

Baca Juga: Effendi Simbolon Dipecat PDIP karena Membelot ke Jokowi, Hasto: Kalau Ketemu Prabowo Gak Apa-apa

Tuding Partai Cokelat jadi Alat Politik Jokowi, PDIP Puji Jenderal Hoegeng: Polisi Merah-Putih, Bukan Parcok!
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah (dua dari kiri). (Suara.com/Bagaskara)

Hasto juga mengajak seluruh anggota Polri untuk mempertahankan semangat Polri Merah Putih. Dia menekankan pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat dan mandat rakyat dalam menegakkan keadilan serta ketertiban hukum.

“Polisi memiliki teladan yang sangat jujur dan dicintai oleh rakyat. Kita bisa melihat contoh dari Jenderal Hoegeng, yang menjadi panutan bagi banyak orang. Beliau adalah sosok polisi yang selalu mengedepankan prinsip Merah-Putih, bukan Parcok,” tambah Hasto.

Dia juga mencatat bahwa di beberapa daerah, fenomena Partai Cokelat ini berkembang dengan sangat cepat. Oleh karena itu, Hasto mengimbau seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama menjaga stabilitas Republik Indonesia agar tidak terancam kehancuran.

Pimpinan PDIP saat membeberkan alasan memecat Effendi Simbolon karena membelot ke Jokowi. (Suara.com/Novian)
Pimpinan PDIP saat membeberkan alasan memecat Effendi Simbolon karena membelot ke Jokowi. (Suara.com/Novian)

“Mari kita jaga kemerdekaan, kedaulatan, serta keberanian kita untuk berbicara, agar Republik Indonesia yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh para pendiri dapat tetap berdiri kokoh,” seru Hasto.

Baca Juga: Geger! Pria Disabilitas jadi Tersangka, Polda NTB Bongkar Motif Agus Buntung Rudapaksa Mahasiswi: Dia Ancam Bongkar Aib

Hasto menekankan bahwa sebuah negara yang tidak memiliki sistem hukum yang kuat, serta di mana sistem demokrasinya dimanipulasi, akan menjadi ibarat tubuh tanpa tulang, kehilangan kekuatan dan integritas.

“Di tengah berbagai tantangan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat Indonesia, kepada seluruh civil society, dan kepada semua pihak yang berjuang untuk demokrasi yang masih menjaga akal sehat dan berani menegakkan kebenaran demi melindungi tanah air ini,” ungkap Hasto.

Sementara itu, Ketua DPP PDIP Deddy Sitorus menambahkan bahwa Polri harus menjunjung tinggi Tri Brata dan Catur Prasetya. Dia berpendapat bahwa saat ini Polri belum mampu memenuhi harapan masyarakat.

“Seharusnya Polri dapat mengayomi, melindungi, dan menjaga masyarakat,” tutup Deddy.