KENDAL, KOMPAS.com –
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Eddy Hartono, menegaskan bahwa sikap intoleransi dapat menjadi titik awal yang mendorong seseorang menuju radikalisasi, yang pada akhirnya bisa berujung pada aksi terorisme.
“Intoleransi ini adalah langkah pertama yang dapat membuka jalan menuju radikalisasi dan terorisme,” ujar Eddy saat melakukan kunjungan di Desa Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, pada hari Jumat (13/12/2024).
Dia menggarisbawahi betapa pentingnya peran negara dalam menjaga masyarakat agar terhindar dari perilaku intoleran.
Upaya ini dapat dilakukan dengan memperkuat nilai-nilai demokrasi dan Pancasila di kalangan masyarakat.
Baca juga: Anak Muda Desa Rentan Terpapar Ideologi Ekstrem, BNPT Diminta Juga Hadir di Pelosok
“Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk mempromosikan nilai-nilai Pancasila dan prinsip-prinsip demokrasi, agar masyarakat saling menghargai meskipun terdapat perbedaan,” tambahnya.
Eddy menekankan bahwa perbedaan dalam masyarakat seharusnya tidak menjadi penghalang, melainkan harus dijadikan kekuatan untuk menyatukan bangsa.
“Sesuai dengan semboyan kita, Bhinneka Tunggal Ika. Kami terus membangun semangat itu sehingga perbedaan menjadi sumber harmoni, bukan rintangan. Kedamaian dan toleransi harus terwujud di tingkat desa,” lanjutnya.
Saat ini, BNPT sedang melaksanakan berbagai program prioritas untuk memperkuat masyarakat dari pengaruh ideologi radikal.
Salah satu program yang sedang diimplementasikan adalah Desa Siapsiaga, yang dimulai pertengahan tahun 2024.
Baca juga: BNPT Tinjau Desa Siap Siaga di Sukorejo untuk Perkuat Daya Tangkal Terorisme
Sebanyak 50 desa di wilayah Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung telah dipilih untuk mencegah potensi tindak pidana terorisme.
Warga di desa-desa tersebut akan mendapatkan pemahaman dan materi yang diperlukan untuk mengenali dan menolak paham radikalisme, termasuk ciri-ciri individu yang menunjukkan sikap intoleran.
“Sikap intoleran adalah hal yang paling utama. Jika seseorang bersikap eksklusif dan enggan berinteraksi dengan masyarakat sekitar, itu harus diwaspadai,” jelas Eddy.
Aparat keamanan, seperti Babinsa dan Bhabinkamtibmas, juga akan dilibatkan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat.
“Contohnya, jika ada warga baru yang datang dan ada individu yang tidak berinteraksi, perlu dilakukan pendekatan. Misalnya, ‘Bapak, mengapa tidak keluar rumah?’” tambahnya.
Eddy berharap dengan langkah-langkah ini, masyarakat dapat lebih waspada dan terhindar dari paham-paham radikal yang tidak sejalan dengan ideologi bangsa.
Baca juga: Program Sekolah Damai, Upaya BNPT Wujudkan Generasi Muda Berkualitas untuk Indonesia Emas
Desa Sukorejo adalah salah satu dari 50 desa yang terlibat dalam program Desa Siapsiaga, yang merupakan bagian dari tujuh program prioritas BNPT untuk mencegah tindak pidana terorisme di Indonesia, sesuai dengan amanat UU No. 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Untuk mendukung keberhasilan program ini, tokoh masyarakat dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung akan dilatih melalui bimbingan teknis (bimtek) pada bulan Mei hingga Juni 2024.
Setelah mengikuti pelatihan, mereka akan kembali ke desa masing-masing untuk mensosialisasikan ciri-ciri orang yang diduga terlibat dalam jaringan teroris serta langkah-langkah pencegahan dari paham ekstrem.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu untuk mengakses berita Kompas.com melalui WhatsApp Channel: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah menginstal aplikasi WhatsApp ya.